Senin, 05 Desember 2011

Profesionalisme Pekerja IT


Teknologi Informasi (IT) merupakan teknologi yang selalu berkembang baik secara revolusioner (seperti misalnya perkembangan dunia perangkat keras) maupun yang lebih bersifat evolusioner (seperti yang terjadi pada perkembangan perangkat lunak). Hal itu mengakibatkan bahwa pekerjaan di bidang Teknologi Informasi menjadi suatu pekerjaan di mana pelakunya dituntut harus terus mengembangkan ilmu yang dimilikinya untuk mengikuti perkembangan Teknologi Informasi tersebut. Artinya, seseorang yang sudah sampai pada level “ahli” di satu bidang pada saat ini, bisa ketinggalan pada bidang yang sama di masa depan jika tidak mengikuti perkembangan yang ada.
Pekerjaan di bidang Teknologi Informasi menjadi suatu pekerjaan di mana pelakunya terus mengembangkan ilmu yang dimilikinya untuk mengikuti perkembangan Teknologi Informasi tersebut. Ada beberapa tingkatan dalam pekerja TI antara lain:
·         BASIC (Tahap Paling Awal)
Dasar ilmu yang kuat dalam bidangnya sebagai bagian dari masyarakat teknologi yang berkembang dengan pesat
·         INTERMEDITE (Menengah)
Penguasaan kiat-kiat profesi yang dilakukan berdasarkan pengalaman.
·         ADVANCED (Tahap Ahli)

A.  TEKNOLOGI DAN PEMANFAATANNYA
Hampir semua orang sependapat bahwa teknologi informasi telah, sedang dan akan merubah kehidupan umat manusia dengan menjanjikan cara kerja dan cara hidup yang lebih efektif, lebih bermanfaat, dan lebih kreatif. Sebagaimana dua sisi, baik dan buruk, teknologi informasi juga memiliki hal yang demikian. Sebagai teknologi, kedua sisi tersebut keberadaanya sangat tergantung pada pemakainya.
Adi Sasono ( 1999) mengidentifikasi beberapa pernyataan berikut yang bisa memberikan pertimbangan kemana seharusnya teknologi ini diarahkan dan ditempatkan dengan sebenar-benarnya, karena apabila keliru, suatu bangsa akan mengalami akibatnya secara fatal, yaitu :
§     Teknologi baru sering membuka peluang bagi perubahan hirarki sosial yang ada di masyarakat sehingga mendorong terjadinya demokratisasi, tetapi disisi lain hirarki sosial yang ada dapat dipertahankan oleh teknologi dan bahkan diperkuat lagi.
§    Komputer sebagai suatu teknologi bisa terancam fungsinya sebagai alat otomasi yang ditujukan untuk memerintah atau bahkan mengganti posisi pekerja dalam mengambil keputusan. Sebaliknya sistim yang dirancang secara demokaratis akan merespon dimensi komunikatif dari komputer sehingga bisa memfasilitasi kemandirian masyarakat.
§    Design teknologi sekaligus menyangkut asumsi-asumsi yang dapat mengundang atau sebaliknya meniadakan kontribusi insani.
§    Komputer sebagai teknologi dapat digunakan untuk mengotomasi produksi sehingga membebaskan manusia dari upaya-upaya fisik proses produksi yang membosankan. Disisi lain, komputer juga dapat digunakan untuk mengintegrasikan mesin dan pekerja pada tingkat keterlibatan intelektual dan produtifitas yang lebih tinggi, yang disebut dengan istilah “to informate”. Istilah ini bukan sekedar alternatif bagi otomatisasi dalam makna yang umum, namun lebih merupakan suatu cara yang lebih baik dalam otomatisasi yang mempertimbangkan potensi sumberdaya insani dalam lingkungan kerja bersama-sama dengan mempertimbangkan potensi teknikal komputer secara sinergis.
Menurut Adi Sasono (1999) revolusi teknologi informasi yang pesat telah mengaburkan batas-batas tradional yang membedakan bisnis, media dan pendidikan. Teknologi informasi juga mendorong permaknaan ulang perdagangan dan investasi. Revolusi ini secara pasti merasuki semua aspek kehidupan, pendidikan, segala sudut usaha, kesehatan, entertaiment, pemerintahan, pola kerja, perdagangan, pola produksi, bahkan pola relasi antar masyarakat dan antar individu. Suatu hal yang merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu.
Pada dasarnya, adanya teknologi informasi telah memungkinkan dan memudahkan manusia saling berhubungan dengan cepat, mudah, terjangkau, dan memiliki potensi untuk mendorong pembangunan masyarakat. Teknologi yang semacam ini harus dimiliki oleh rakyat secara luas untuk dapat membantu rakyat mengorganisir diri secara modern dan efisien, sehingga pada gilirannya rakyat yang mendapat manfaat terbesar . Dalam rangka meningkatkan profesionalisme penyuluhan, terjadinya revolusi teknologi informasi seperti diatas adalah sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan. Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh para pekerja yang bergerak dalam bidang TI sebagai alat mencapai tujuannya. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu dengan dukungan berbagai pihak-pihak yang terkait dalam bidangnya. Peran program pendidikan pemerintah yang mempersiapkan tenaga profesional, seperti perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan kemasyarakatan lainnya perlu mempersiapkan para teknisinya yang mampu memberikan informasi dan mampu memotivasi masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat, sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan masyarakat
.
B.  PROFESIONALISME
Berbicara tentang profesi, kita harus mengetahui bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan skill khusus dari individu tersebut. Sedangkan pekerjaan bersifat abstrak yakni suatu aktifitas untuk menyelesaikan suatu tugas agar mendapatkan sesuatu yang biasanya berupa materi, kita ambil contoh web administration, manager, programmer dan sebagainya.
Profesi diukur berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan yang dimiliki. Dalam dunia keprofesian kita mengenal berbagai terminologi kualifikasi profesi yaitu : profesi, semi profesi, terampil, tidak terampil, dan quasi profesi.
Bulle seperti dikutip Gilley Dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek yaitu :
a.    Ilmu pengetahuan tertentu
b.    Aplikasi kemampuan/kecakapan, dan
c.    Berkaitan dengan kepentingan umum
Aspek-aspek yang terkandung dalam profesi tersebut juga merupakan standar pengukuran bahwa seorang itu kompeten dalam bidang tersebut.
Proses professional adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan organisasi dan sistemastis untuk mengembangkan profesi ke arah status professional (peningkatan status). Secara teoritis menurut Gilley Dan Eggland (1989) pengertian professional dapat didekati dengan empat prespektif pendekatan yaitu orientasi filosofis, perkembangan bertahap, orientasi karakteristik, dan orientasi non-tradisonal.
1.  Orientasi Filosofi
Ada tiga pendekatan dalam orientasi filosofi, yaitu pertama lambang keprofesionalan adalah adanya sertifikat, lissensi, dan akreditasi. Akan tetapi penggunaan lambang ini tidak diminati karena berkaitan dengan aturan-aturan formal. Pendekatan kedua yang digunakan untuk tingkat keprofesionalan adalah pendekatan sikap individu, yaitu pengembangan sikap individual, kebebasan personal, pelayanan umum dan aturan yang bersifat pribadi. Yang penting bahwa layanan individu pemegang profesi diakui oleh dan bermanfaat bagi penggunanaya. Pendekatan ketiga : electic, yaitu pendekatan yang menggunakan prosedur, teknik, metode dan konsep dari berbagai sumber, sistim, dan pemikiran akademis. Proses profesionalisasi dianggap merupakan kesatuan dari kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu. Pendekatan ini berpandangan bahwa pandangan individu tidak akan lebih baik dari pandangan kolektif yang disepakati bersama. Sertifikasi profesi memang diperlukan, tetapi tergantung pada tuntutan penggunanya.
2.  Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah pengembangan profesionalisasi, yaitu :
  • Dimulai dari adanya asosiasi informal individu-individu yang memiliki minat terhadap profesi.
  • Identifikasi dan adopsi pengetahuan tertentu.
  • Para praktisi biasanya lalu terorganisasi secara formal pada suatu lembaga.
  • Penyepakatan adanya persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu.
  • Penetuan kode etik.
  • Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu (termasuk syarat akademis) dan pengalaman di lapangan.
3.  Orientasi Karakteristik
Profesionalisasi juga dapat ditinjau dari karakteristik profesi/pekerjaan. Ada delapan karakteristik pengembangan profesionalisasi, dengan yang lain saling terkait:
  • Kode etik
  • Pengetahuan yang terorganisir
  • Keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus
  • Tingkat pendidikan minimal
  • Sertifikat keahlian
  • Proses tertentu sebelum memangku profesi untuk bisa memangku tugas dan tanggung jawab
  • Kesempatan untuk penyebarluasan dan pertukaran ide diantara anggota.
  • Adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi malpraktek.
4.  Orientasi Non-Tradisional :
Prespekti pendekatan yang keempat yaitu prespektif non-tradisonal menyatakan bahwa seseorang dengan bidang ilmu tertentu diharapkan mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan dari sebuah profesi. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi elemen-elemen penting untuk sebuah profesi, misalnya termasuk pentingnya sertifikasi professional dan perlunya standarisasi profesi untuk menguji kelayakannya dengan kebutuhan lapangan. 

C.  PENINGKATAN PROFESIONALISME TI
Era teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat. Demi mengikuti perkembangan teknologi saat ini dibutuhkan tenaga – tenaga profesional yang mampu bersaing dalam era saat ini. Dalam hal ini profesionalitas seseorang sangatlah kecil kemungkinan dicapai dalam waktu yang instan. Dibutuhkan waktu, pikiran dan tenaga yang cukup banyak, sehingga seseorang dinilai profesional / ahli / pakar dalam bidangnya. Mempersiapkan SDM Teknologi informasi sejak dini merupakan pilihan yang baik demi menciptakan tenaga – tenaga profesional yang mampu bersaing dalam perkembangan teknologi saat ini.
Persyaratan Profesionalisme Dalam Bidang IT
  • Dasar ilmu yang kuat dalam bidangnya
  • penguasaan kiat-kiat profesi yang dilakukan berdasarkan riset (pengalaman) bukan berdasarkan teori belaka
  • pengembangan profesionalisme berkesinambungan (berkala mengikuti zaman)
    Sertifikasi Pekerja TI
    1)    Alasan pentingnya sertifikasi profesionalisme dibidang IT :
    a)  Bahwa untuk menuju pada level yang diharapkan, pekerjaan di bidang TI membutuhkan expertise.
    b) Bahwa profesi dibidang TI, dapat dikatakan merupakan profesi menjual jasa dan bisnis jasa bersifat kepercayaan.
    2)   Manfaat adanya sertifikasi profesionalisme :
    a) Ikut berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih profesional
    b) Pengakuan resmi pemerintah tentang tingkat keahlian individu terhadap sebuah profesi
    c) Pengakuan dari organisasi profesi sejenis, baik tingkat regional maupun internasional
    d) Membuka akses lapangan pekerjaan secara nasional, regional maupun internasional
    e) Memperoleh peningkatan karier dan pendapatan sesuai perimbangan dengan pedoman skala yang diberlakukan.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar